LINGKUNGAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
v ILMI ULFAH NUR’AISAH 3301411098
v SUSI RAHAYU 3301411059
v KHUSWATUN KHASANAH 3301411040
v NIKMATUL BILAD BAROROH 3301411074
v SUYITNO 3301411089
v DWI MUHAMMAD ARIF 3301411099
v EDI SUSILO 3301411100
v EKO YUDO P 3301411123
I.
PENDAHULUAN
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk makhluk hidup,
termasuk manusia, dan prilakunya,yang mempengaruhi kelangsungan perikemanusiaan
dan kesajahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dibagi empat
yaitu
1) Lingkungan alam hayati
2) Lingkungan alam non hayati
3) Lingkunangan buatan
4) Lingkungan sosial
Menurut
Philip H. Coombs pemilahan pendidikan di bagi tiga:
1) Pendidikan informal adalah pendidikan
yang tidak terprogram tidak berstuktur, berlangsung kapan pun dan dimana pun
juga.
2) Pendidikan formal adalah pendidikan
berprogram, berstuktur, dan berlangsung dipersekolahan.
3) Pendidikan nonformal adalah
pendidikan yang berstuktur, berprogram, dan berlangsung di luar persekolahan.
I.
Isi
Menurut Ki
Hajar Dewantara menyebutkan tiga lingkungan pendidikan yaitu
1. Lingkungan pendidikan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan pertama karena
sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidika inilah
yang pertama ada. Manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak
dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga.dalam kajian antropologis disebutkan
bahwa manusia mengenal pendidikan sejak manusia ada. Pendidikan yang di maksud
adalah pendidikan keluarga dan dalam lingkungan masyarakat. Kehidupan masa
depan anak pada masyarakat primitif mudah diprediksi. Hampir bisa dipastikan
bahwa kehidupan anak nyaris sama dengan pola kehidupan orang tuanya. Dalam
masyarakat yang tradisional upaya pemenuhan kebutuhan dikerjakan secara
bersama- sama oleh seluruh anggota keluarga, tanpa pembagian pekerjaan yang
komplek. Keluarga modern cenderung terdiri dari keluarga ukuran kecil lebih
demokratis, kemasingan dan cenderung tergantung pada pelayanan jasa dari pihak
lain.
Dengan demikian dalam proses pendidikan anak tidak lagi
tergantung pada pendidikan orang tuanya tapi sebagian besar di ambil oleh
sekolah dan lembaga kursus lainnya. Sejumlah ahli memandang fenomena ini adalah
negatif. Menutur mareka fungsi- fungsi alami orang tua lebih – lebih ibu tidak
dapat didelegasi kepada pihak lain. Bahkan Drost secara ektrim menyebutkan
bahwa pendidikan sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan akademis
sedangkan pengembangan kepribadian merupakan tugas pendidikan
keluarga.pendidikan keluarga lebih utama dari pada pendidikan sekolah. Dalam
hal jumlah waktu, walaupun tiap orang ada variasi, namun bagi sebagian besar
anak waktu terbanyak untuk pendidikan adalah keluarga. Sehubungan dengan itu
maka kurang tepat kiranya kalau berbagai kenakalan remaja di timpakan pada
sekolah.
Pendidikan keluarga dapat dipilah menjadi dua yaitu:
1) Pendidikan parental atau pendidikan
sebelum lahir
Dalam pendidikan ini dinyakini merupakan pendidikan untuk
membentuk potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya.
Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung merupakan kearifan masyarakat yang
sangat dipengaruhi oleh prektek budaya. Orang tua dalam hal ini dikatakan
sebagai pendidik karena kodrati. Hal ini karena hubungan kependidikannya lebih
bersifat cita kasih azazi dan alamiah.
2) Pedidikan postnatal.
Dasar
tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal- hal berikut
ini:
a) Motivasi cinta kasih yang menjiwai
hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih mendorong sikap dan tindakan untuk
menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
b) Motivasi kewajiban moral, sebagai
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini
meliputi nilai – nilai religius spiritual untuk memelihara martaban dan
kehormatan keluarga.
c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian
dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat.
Tanggung jawab kekeluargaan.
2. Lingkungan pendidikan sekolah
Bertahun tahun sepanjang rentan waktu yang cukup panjang,
pada awanya manusia hanya mengenal pendidikan keluarga dan pendidikan dalam
masyarakat. Seorang anak dalam masyarakat memerlukan persiapan khusus untuk
mencari sesuatu dalam mempersiapkan kehidupan untuk masa dewasanya. Oleh karena
itu para pelaku pendidikan baik anak, orang tua atau masyarakat menyadari
adanya proses belajar mengajar. Setelah karena perkembangan peradapan manusia,
orang merasa tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Persiapan ini memerlukan
waktu yang khusus, tempat yang khususdan proses yang khusus pula. Secara hakiki
sekolah bukan tempat pengoperan tugas orang tua sebagai pendidik tapi sekedar
pelengkap pendidikan yang di berikan oleh orang tua. Di indonesia sekolah
berupa pecantrikan. Peserta didik disebut cantrik. Pendidiknya disebut guru
atau suhu. Isi pendidikannya adalah agama, bela diri, kesusteraan unguh- ungguh
atau etika. Pecatrikan pada awalnya di peruntukan bagi keturunan bangsawan
(priyai), namunsetalah perkembangan lebih lanjut masyarakat jelata pun boleh
mengikuti pendidikan.
Setelah islam masuk ka indonesia pecantrikan mulai di
kembangkan menjadi podok pesantren dari katapondok pesantrian. Peserta didiknya
disebut santri dan pendidiknya disebut kyai atau nyai. Setelah orang barat
masuk ke indonesia, sistem pendidian juga mulai terpengaruh. Sistem pendidikan
ini lebih banyak merasuk pada kalangan bangsawan dari pada rakyat jelata. Dalam
perkembangan lebih lanjut pendidikan sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah
karena dianggap lebih modern dan nasionalis (mampu menampung berbagai perbedaan
faham,golongan agama,suku dll). Seiring dengan perkembangan peradaban manusia ,
sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan
manusia. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu
efektivitas dan efisiensi. Pola pikir efektivitas dan efisiensi ini telah
menjadi semacam ideologi dalam pendidikan. Dasar tanggung jawab sekolah akan
pendidikan meliputi tiga hal yaitu:
a) Tanggung jawab formal kelembagaan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetepkan menurut ketentuan – ketentuan
yang berlaku (perundangan dalam pendidikan)
b) Tanggung jawab keilmuan berdasarkan
bentuk isi , tujuan, dan jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh
masyarakat dan negara.
c) Tanggung jawab fungsional adalah
tanggung jawab profesional pengelola pelaksanaan pendidikan yang menerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan- ketentuan jabatannya.
Tanggung jawab tersebut merupakan pelimpahan sebagian
tanggung jawab orang tua dan masyarakat dalam bidang pendidikan.
3. Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Menurut
Soerjono Soekanto dalam setiap masyarakat baik sederhana maupun yang komplek,
terbelakang atau maju. Kalau dianalisis paling tidak ada 5 pranata sosial yang
terdapat dalam sistem masyarakat:
a) Pranata pendidikan.
b) Pranata ekonomi.
c) Pranata politik .
d) Pranata teknologi .
e) Pranata moral atau etika.
Meski ada berbagai perbedaan wujud dan intensitas masing-
masing pranata sosila antar masyarakat, namun masing- masing pranatamempunyai
tugas atau fungsi yang kuarang lebih sama untuk setiap masyarakat. Prnata
pendidikan secara umum mempunyai tugas dalam upaya sosialisasi, sehingga setiap
warga masyarakat mempunyai kerpibadian yang mendekati harapan masyarakat yang
bersangkutan. Pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
hidup sehingga masing – masing anggota kelayakan sacara ekonomis. Pranata
politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat. Pranata
teknologi berupaya menciptakan teknik untuk mempermudah kehidupan manusia.
Sedangkan pranata moral menguasai nilai dan penyikapan atau tindakan dalam
pergaulan di masyarakat.masing – masing pranata sosial tersebut mempunyai
hubungan interdependensi yang kuat.
Sekolah sebagai pendidikaan formal, lahir karena pertimbangan
pemikiran efisiensi dan efektivitas dalam pemberian pendidikan kepada seluruh
anggota masyarakat. Sekolah ini lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat
bersangkutan . oleh karena itu sekolah harus selalu mengikuti haluan
darinmasyarakat bersangkutan, baik tercermin dalam falsafah dan tujuan
pendidkan, kurikulum maupun pengelolaannya. Akan tetapi akhir- akhir ini sekolah
dinilai terjadi kesenjangan dalam masyarakatnya. Sekolah cenderung arogan
terhadap masyarakat dan masyarakat kurang pedui terhadap sekolah. Dalam banyak
hal sekolah juga dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya. Kini sekolah
banyak belajar dari masyarakat. Hal ini kerena berbagai inovasi khususnya dalam
bidang teknologi telah lebih dahulu terjadi di dalam masyarakat dari pada
sekolah. Hal ini sebenarnya adalah sesuatu yang wajar, karena sekolah adalah
salah satu pranata yang ada dalam masyarakat.selain itu masyarakatlah yang
memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai
invormasi. Sedangkan sekolah hanya berperan serta untuk mencetak manusia yang
berkepribadian innovatif, meskipun dalam banyak hal dapat pula atau harus
sebagai inovator.
4. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyrakat sebenarnya merupakan
penyederhanaan konsep, sebab seklah merupakan salah satu wujud pranata
pendidikan, sedangkan pranata pendidikan merupakan salah satu pranata sosial
yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolah sebenarnya adalah merupakan
bagian dari masyarakat. selain itu konsep masyarakat sebenarnya termasuk
keluarga, karena masyarakat merupakan himpunan dri keluarga.
a) Hubungan Transaksional antar Sekolah
Dengan Masyarakat
Menutut Sanafiah Faisal hubungan antara sekolah dengan
masyarakat paling tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu:
a) Sekolah sebagai partner masyarakat
dalam melakukan fungsi pendidikan
b) Sekolah sebagai produsen yang
melayani pesanan – pesanan pendidikan dari masyarakat.
Dari segi pertama menempatkan sekolah dan masyarakat dalam
posisi yang sejajar dalam hal menjalankan fungsi pendidikan. Antara keduanya
terdapat hubunga yang fungsional. Keberhasilan pendidikan seseorang dalam
sekolah ditentukan juga oleh pengalaman dalam masyarakatnya. Kegiatan
keseharian, harapan orang tua, teman pergaulan,kondisi lingkungan fisik, sangat
menentukan keberhasilan pendidikan sesseorang di sekolah.
Sedangkan dari segi yang kedua hubungan sekolah dengan masyarakat
, masing- masing dipandang memiliki hubungan yang rasional sesuai dengan
kebutuhan hubungan yang harmonis antara seklah dengan masyarakat tidak akan
terjadi dengan sendirinya meskipun masing- masing lembaga saling membutukan.
Oleh karena itu pihak sekolah hendaknya melakukan eragai macam usaha untuk
menciptakan hubungan yang harmonis.
Jons sebagaimana yang dikutipoleh Kartadinata dan Dantes
mengemukakan ada lima cara untuk meningkatkan hubungan sekolah dengan
masyarakat yaitu:
1) Melalui aktifitas kurikuler para
siswa.
2) Aktifitas para guru.
3) Kegiatan ekstrakulikuler
4) Kunjungan para orang tua siswa atau
anggota masyarakat ke ekolah
5) Melalu medi massa
Kegiatan belajar mengajar dapat digunakan sebagai alat
menghubungkan sekolah dengan masyarakat mealui kegiatan pengumpulan bahan
pengajaran dari masyarakat , megamati objek- objek yang ada dalam masyarakat ,
melaksanakan penelitian dan kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan guru
yang dapat diikatkan dengan usaha memajukan hubungan sekolan dengan masyarakat
antara lain ; malakukan kunjungan rumah siswa , menunjukan sikap positif
terhadap orang tuamenyangkut kemajuan para siswa, mengadakan kerjasama dengan
orang tua atau masyarakat usaha mengembangkankan kebijakan.
Kegiatan ekstrakulikuler jaga dapat dimanfaatkan untuk
membina hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat. Kegiatan
ekstrakulikuler tidak hanya terbatas dilakukan di halaman sekolah, dapat pula
dilakukan dalam masyarakat. Kunjungan orang tua ke sekolah dirasa sangat
kurang. Hal ini karena kurang sadarnya masyarakat akan tanggung jawab bersama
dalam bidang pendidikan keterbatasan waktu karena kesibukan di luar sekolah.
kesempatan ini dapat di manfaatkan untuk upaya saling memberi dan saling
menerima berkaitan dengan pendidikan di sekolah.
Publikasi melalui media massa tentang sekolah bermanfaat
untuk mengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat. Berbagai program dan
kemajuan sekolah dapat dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media massa.
b) Hubungan Transmisi dan Transformasi
Keseluruhan uraian di atas, meletakan hubungan sekolah dengan
masyarakat secara trans saksional. Sedangkan analisis yang lain didasarkan pada
peran pendidikan dalam kaitan dengan kebudayaan, sehingga tercipta transmisif
(pewarisan dan pemeliharaan) dan hubungan transformatif(inovatif atau
pembaruan)
Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai
pewarisan kebudayaan kebudayaan diartikan sebagai seperangkat sistem ide,
tingkah laku, dan benda, yang dimiliki sekelompok masyarakat yang diperoleh
melalui proses belajar. Kebudayaan ini diwariskan kepada generasi berikutnya
mellui proses ditransmisikan atau diajarkan. Hubunan transformatif terjadi
manakalah sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat.
seiring dengan perkembangan peradaban manusia, beberapa wujud budaya dinilai
lagi tidak kondusif untuk melakukan inovasi tersebut.
Dalam repruduksi budaya, murid dibelajarkan untuk melakukan
penggalian unsur- unsur budaya yang telah ada dalam masyarakat. Dalam difusi
kebudayaan, murid, dibelajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur- unsur
budayayang di nilai positif dan belum dimiliki masyarakat, kepada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar