Rabu, 20 Juni 2012

tugas pengantar ilmu pendidikan


LINGKUNGAN PENDIDIKAN



DISUSUN OLEH:
v ILMI ULFAH NUR’AISAH                      3301411098
v SUSI RAHAYU                                       3301411059
v KHUSWATUN KHASANAH                   3301411040
v NIKMATUL BILAD BAROROH               3301411074
v SUYITNO                                               3301411089
v DWI MUHAMMAD ARIF                      3301411099
v EDI SUSILO                                           3301411100
v EKO YUDO P                                         3301411123


                   I.            PENDAHULUAN

A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk makhluk hidup, termasuk manusia, dan prilakunya,yang mempengaruhi kelangsungan perikemanusiaan dan kesajahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dibagi empat yaitu
1)      Lingkungan alam hayati
2)      Lingkungan alam non hayati
3)      Lingkunangan buatan
4)      Lingkungan sosial
Menurut Philip H. Coombs pemilahan pendidikan di bagi tiga:
1)      Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terprogram tidak berstuktur, berlangsung kapan pun dan dimana pun juga.
2)      Pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstuktur, dan berlangsung dipersekolahan.
3)      Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang berstuktur, berprogram, dan berlangsung di luar persekolahan.

        I.            Isi

Menurut Ki Hajar Dewantara menyebutkan tiga lingkungan pendidikan yaitu
1.      Lingkungan pendidikan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidika inilah yang pertama ada. Manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga.dalam kajian antropologis disebutkan bahwa manusia mengenal pendidikan sejak manusia ada. Pendidikan yang di maksud adalah pendidikan keluarga dan dalam lingkungan masyarakat. Kehidupan masa depan anak pada masyarakat primitif mudah diprediksi. Hampir bisa dipastikan bahwa kehidupan anak nyaris sama dengan pola kehidupan orang tuanya. Dalam masyarakat yang tradisional upaya pemenuhan kebutuhan dikerjakan secara bersama- sama oleh seluruh anggota keluarga, tanpa pembagian pekerjaan yang komplek. Keluarga modern cenderung terdiri dari keluarga ukuran kecil lebih demokratis, kemasingan dan cenderung tergantung pada pelayanan jasa dari pihak lain.
Dengan demikian dalam proses pendidikan anak tidak lagi tergantung pada pendidikan orang tuanya tapi sebagian besar di ambil oleh sekolah dan lembaga kursus lainnya. Sejumlah ahli memandang fenomena ini adalah negatif. Menutur mareka fungsi- fungsi alami orang tua lebih – lebih ibu tidak dapat didelegasi kepada pihak lain. Bahkan Drost secara ektrim menyebutkan bahwa pendidikan sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan akademis sedangkan pengembangan kepribadian merupakan tugas pendidikan keluarga.pendidikan keluarga lebih utama dari pada pendidikan sekolah. Dalam hal jumlah waktu, walaupun tiap orang ada variasi, namun bagi sebagian besar anak waktu terbanyak untuk pendidikan adalah keluarga. Sehubungan dengan itu maka kurang tepat kiranya kalau berbagai kenakalan remaja di timpakan pada sekolah.
Pendidikan keluarga dapat dipilah menjadi dua yaitu:
1)      Pendidikan parental atau pendidikan sebelum lahir
Dalam pendidikan ini dinyakini merupakan pendidikan untuk membentuk potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya. Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung merupakan kearifan masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh prektek budaya. Orang tua dalam hal ini dikatakan sebagai pendidik karena kodrati. Hal ini karena hubungan kependidikannya lebih bersifat cita kasih azazi dan alamiah.
2)      Pedidikan postnatal.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal- hal berikut ini:
a)      Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih mendorong sikap dan tindakan untuk menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
b)      Motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai – nilai religius spiritual untuk memelihara martaban dan kehormatan keluarga.
c)      Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat. Tanggung jawab kekeluargaan.

2.      Lingkungan pendidikan sekolah
Bertahun tahun sepanjang rentan waktu yang cukup panjang, pada awanya manusia hanya mengenal pendidikan keluarga dan pendidikan dalam masyarakat. Seorang anak dalam masyarakat memerlukan persiapan khusus untuk mencari sesuatu dalam mempersiapkan kehidupan untuk masa dewasanya. Oleh karena itu para pelaku pendidikan baik anak, orang tua atau masyarakat menyadari adanya proses belajar mengajar. Setelah karena perkembangan peradapan manusia, orang merasa tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Persiapan ini memerlukan waktu yang khusus, tempat yang khususdan proses yang khusus pula. Secara hakiki sekolah bukan tempat pengoperan tugas orang tua sebagai pendidik tapi sekedar pelengkap pendidikan yang di berikan oleh orang tua. Di indonesia sekolah berupa pecantrikan. Peserta didik disebut cantrik. Pendidiknya disebut guru atau suhu. Isi pendidikannya adalah agama, bela diri, kesusteraan unguh- ungguh atau etika. Pecatrikan pada awalnya di peruntukan bagi keturunan bangsawan (priyai), namunsetalah perkembangan lebih lanjut masyarakat jelata pun boleh mengikuti pendidikan.
Setelah islam masuk ka indonesia pecantrikan mulai di kembangkan menjadi podok pesantren dari katapondok pesantrian. Peserta didiknya disebut santri dan pendidiknya disebut kyai atau nyai. Setelah orang barat masuk ke indonesia, sistem pendidian juga mulai terpengaruh. Sistem pendidikan ini lebih banyak merasuk pada kalangan bangsawan dari pada rakyat jelata. Dalam perkembangan lebih lanjut pendidikan sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah karena dianggap lebih modern dan nasionalis (mampu menampung berbagai perbedaan faham,golongan agama,suku dll). Seiring dengan perkembangan peradaban manusia , sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan manusia. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efisiensi. Pola pikir efektivitas dan efisiensi ini telah menjadi semacam ideologi dalam pendidikan. Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi tiga hal yaitu:
a)      Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetepkan menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku (perundangan dalam pendidikan)
b)      Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk isi , tujuan, dan jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c)      Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profesional pengelola pelaksanaan pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan- ketentuan jabatannya.
Tanggung jawab tersebut merupakan pelimpahan sebagian tanggung jawab orang tua dan masyarakat dalam bidang pendidikan.
3.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto dalam setiap masyarakat baik sederhana maupun yang komplek, terbelakang atau maju. Kalau dianalisis paling tidak ada 5 pranata sosial yang terdapat dalam sistem masyarakat:
a)      Pranata pendidikan.
b)      Pranata ekonomi.
c)      Pranata politik .
d)      Pranata teknologi .
e)      Pranata moral atau etika.
Meski ada berbagai perbedaan wujud dan intensitas masing- masing pranata sosila antar masyarakat, namun masing- masing pranatamempunyai tugas atau fungsi yang kuarang lebih sama untuk setiap masyarakat. Prnata pendidikan secara umum mempunyai tugas dalam upaya sosialisasi, sehingga setiap warga masyarakat mempunyai kerpibadian yang mendekati harapan masyarakat yang bersangkutan. Pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran hidup sehingga masing – masing anggota kelayakan sacara ekonomis. Pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat. Pranata teknologi berupaya menciptakan teknik untuk mempermudah kehidupan manusia. Sedangkan pranata moral menguasai nilai dan penyikapan atau tindakan dalam pergaulan di masyarakat.masing – masing pranata sosial tersebut mempunyai hubungan interdependensi yang kuat. 
Sekolah sebagai pendidikaan formal, lahir karena pertimbangan pemikiran efisiensi dan efektivitas dalam pemberian pendidikan kepada seluruh anggota masyarakat. Sekolah ini lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat bersangkutan . oleh karena itu sekolah harus selalu mengikuti haluan darinmasyarakat bersangkutan, baik tercermin dalam falsafah dan tujuan pendidkan, kurikulum maupun pengelolaannya. Akan tetapi akhir- akhir ini sekolah dinilai terjadi kesenjangan dalam masyarakatnya. Sekolah cenderung arogan terhadap masyarakat dan masyarakat kurang pedui terhadap sekolah. Dalam banyak hal sekolah juga dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya. Kini sekolah banyak belajar dari masyarakat. Hal ini kerena berbagai inovasi khususnya dalam bidang teknologi telah lebih dahulu terjadi di dalam masyarakat dari pada sekolah. Hal ini sebenarnya adalah sesuatu yang wajar, karena sekolah adalah salah satu pranata yang ada dalam masyarakat.selain itu masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai invormasi. Sedangkan sekolah hanya berperan serta untuk mencetak manusia yang berkepribadian innovatif, meskipun dalam banyak hal dapat pula atau harus sebagai inovator.
4.      Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyrakat sebenarnya merupakan penyederhanaan konsep, sebab seklah merupakan salah satu wujud pranata pendidikan, sedangkan pranata pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolah sebenarnya adalah merupakan bagian dari masyarakat. selain itu konsep masyarakat sebenarnya termasuk keluarga, karena masyarakat merupakan himpunan dri keluarga.





a)      Hubungan Transaksional antar Sekolah Dengan Masyarakat

Menutut Sanafiah Faisal hubungan antara sekolah dengan masyarakat paling tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu:
a)      Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan
b)      Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan – pesanan pendidikan dari masyarakat.
Dari segi pertama menempatkan sekolah dan masyarakat dalam posisi yang sejajar dalam hal menjalankan fungsi pendidikan. Antara keduanya terdapat hubunga yang fungsional. Keberhasilan pendidikan seseorang dalam sekolah ditentukan juga oleh pengalaman dalam masyarakatnya. Kegiatan keseharian, harapan orang tua, teman pergaulan,kondisi lingkungan fisik, sangat menentukan keberhasilan pendidikan sesseorang di sekolah.
Sedangkan dari segi yang kedua hubungan sekolah dengan masyarakat , masing- masing dipandang memiliki hubungan yang rasional sesuai dengan kebutuhan hubungan yang harmonis antara seklah dengan masyarakat tidak akan terjadi dengan sendirinya meskipun masing- masing lembaga saling membutukan. Oleh karena itu pihak sekolah hendaknya melakukan eragai macam usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis.
Jons sebagaimana yang dikutipoleh Kartadinata dan Dantes mengemukakan ada lima cara untuk meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu:
1)      Melalui aktifitas kurikuler para siswa.
2)      Aktifitas para guru.
3)      Kegiatan ekstrakulikuler
4)      Kunjungan para orang tua siswa atau anggota masyarakat ke ekolah
5)      Melalu medi massa
Kegiatan belajar mengajar dapat digunakan sebagai alat menghubungkan sekolah dengan masyarakat mealui kegiatan pengumpulan bahan pengajaran dari masyarakat , megamati objek- objek yang ada dalam masyarakat , melaksanakan penelitian dan kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan guru yang dapat diikatkan dengan usaha memajukan hubungan sekolan dengan masyarakat antara lain ; malakukan kunjungan rumah siswa , menunjukan sikap positif terhadap orang tuamenyangkut kemajuan para siswa, mengadakan kerjasama dengan orang tua atau masyarakat usaha mengembangkankan kebijakan.

Kegiatan ekstrakulikuler jaga dapat dimanfaatkan untuk membina hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat. Kegiatan ekstrakulikuler tidak hanya terbatas dilakukan di halaman sekolah, dapat pula dilakukan dalam masyarakat. Kunjungan orang tua ke sekolah dirasa sangat kurang. Hal ini karena kurang sadarnya masyarakat akan tanggung jawab bersama dalam bidang pendidikan keterbatasan waktu karena kesibukan di luar sekolah. kesempatan ini dapat di manfaatkan untuk upaya saling memberi dan saling menerima berkaitan dengan pendidikan di sekolah.
Publikasi melalui media massa tentang sekolah bermanfaat untuk mengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat. Berbagai program dan kemajuan sekolah dapat dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media massa.

b)      Hubungan Transmisi dan Transformasi
Keseluruhan uraian di atas, meletakan hubungan sekolah dengan masyarakat secara trans saksional. Sedangkan analisis yang lain didasarkan pada peran pendidikan dalam kaitan dengan kebudayaan, sehingga tercipta transmisif (pewarisan dan pemeliharaan) dan hubungan transformatif(inovatif atau pembaruan)
Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan kebudayaan kebudayaan diartikan sebagai seperangkat sistem ide, tingkah laku, dan benda, yang dimiliki sekelompok masyarakat yang diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan ini diwariskan kepada generasi berikutnya mellui proses ditransmisikan atau diajarkan. Hubunan transformatif terjadi manakalah sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat. seiring dengan perkembangan peradaban manusia, beberapa wujud budaya dinilai lagi tidak kondusif untuk melakukan inovasi tersebut.
Dalam repruduksi budaya, murid dibelajarkan untuk melakukan penggalian unsur- unsur budaya yang telah ada dalam masyarakat. Dalam difusi kebudayaan, murid, dibelajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur- unsur budayayang di nilai positif dan belum dimiliki masyarakat, kepada masyarakat.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar